Sobat semua, mau tau kondisi terkini tempat asal muasal beladiri Thifan Po Khan? Wilayah Thifan sekarang dikenal dengan nama Turfan, silahkan simak penuturan Mr. Mulya dalam Perjalanan Silk Road nya ke Turfan.
"Didalam bus, tour leader setempat yang menjemput memberitahukan bahwa perjalanan kekota sekitar satu jam. Selain itu dia memberitahukan suatu hal yang membuat kami jadi bengong : bahwa walau waktu di Turfan sama dengan waktu Beijing tapi aktifitas penduduk di Turfan ini mundur 2 jam !!. (jarak Beijing - Turfan itu sama dengan jarak HongKong - Kathmandu, atau Jakarta - Ambon). Jadi misalnya jam tangan kami menunjukkan jam 8 (kami masih memakai waktu Beijing), di Turfan ini pun sama juga jam 8, tapi bagi jam tubuh mereka saat itu baru jam 6.
Maka walau nanti kami akan tiba di hotel pada jam 7.30 , kami tidak bisa langsung mendapat breakfast karena bagi orang2 di Turfan sini "jam tubuh" mereka baru jam 5.30. Jadi disini restoran baru akan buka pada "jam tubuh" 6.00 pagi ( = jam 8 pagi di erloji kami). Tentu terdengar waduh lagi diantara peserta, karena bukan soal menunggu setengah jam itu , tapi karena nanti makan siang yang biasanya jam 2 siang beneran , menjadi makan siang waktu Turfan yang jam 4 sore beneran kan perut bisa masuk angin !.
Sewaktu bus menuju hotel itu, sebelum masuk kota Turfan, bus sudah berbelok memasuki jalan kecil yang sekelilingnya aneh sekali buat wilayah gurun karena hijau sekali banyak pepohonan. Ini jalan menuju hotel kata si guide, lihat nanti hotel kita ini unik katanya karena mempunyai suasana pedesaan. Hati jadi was2 juga karena koq hotelnya jauh sekali dari jalan raya dan berjalan sepanjang sungai kecil yang deras. Si guide mungkin merasa bahwa kami khawatir maka dia bilang jangan khawatir hotelnya bagus, ada kolam renang dan dijamin aman. Setelah sekitar dua kilometer memasuki jalan desa itu terlihat hotel berlantai empat , yang memang ada kolam renangnya tapi airnya berwarna hijau berlumut !!
Lift memang ada, tapi tidak berhenti di lobby-nya, kami harus naik tangga dulu satu lantai barulah menemui pintu lift. Lobby hotel dan restorannya juga anehnya engga ada toilet-nya. Kamar hotel pakai karpet yang mungkin engga pernah dibersihkan sehingga kaki saya kena tertusuk potongan kayu kecil yang nyelip di karpet.. Pesawat tilpon memang ada tapi diletakkan tidak disamping bed seperti lazimnya - malah terletak jauh disamping TV. AC-nya memang AC split, tapi remote control-nya dicari-cari engga ada.
Yang paling antik adalah morning call-nya, bukan bunyi pada pesawat tilpon seperti biasa, tapi suara gedoran di pintu kamar dibarengi teriakan dalam bahasa Cina entah bilang apa.
Kota Turfan ini terletak di propinsi Xinjiang, berada ditengah gurun Gobi, udaranya panas sekali sekitar 42 derajat. Terletak jauh dari pegunungan tapi aneh sekali di kota ini terlihat banyak sekali sungai kecil yang air-nya jernih dan mengalir deras sekali. Rupanya ini adalah suatu keajaiban lagi dari China selain Great Wall !! Aliran air yang begitu jernih dan deras itu adalah hasil karya penduduk jaman kuno yang menggali terowongan sampai ke sumber air di pegunungan yang kabarnya berjarak ratusan kilometer.
Mereka menggali terowongan air, karena percuma saja kalau dibuat dalam bentuk kanal2 dimana airnya tidak akan sampai ke kota Turfan (karena air akan habis menguap dijalan kena panasnya udara gurun).
Air yang dialirkan melalui terowongan itu, sesampainya dikota Turfan barulah dialirkan ke berbagai kanal yang membuat wilayah ini sangat hijau dengan perkebunan anggurnya. Memang aneh sekali ditengah gurun ada aliran air yang begitu banyak dan deras sekali. Kami diajak melihat salah satu tempat yang disebut Kan Erl Ching (sumur Kan Erl) yang merupakan tempat dimana kita bisa melihat sebagian dari terowongan air yang menakjubkan itu.
Terowongan air itu dibuat agak jauh dari permukaan tanah, lebarnya sekitar 1,5 meter dan tingginya tidak lebih dari tinggi manusia. Kami boleh menuruni tangga masuk kesatu tempat dimana kita bisa melihat dari dekat terowongan gelap berisi air jernih yang mengalir deras.
Kami juga diajak melihat Flaming Mountain yaitu satu gunung yang sangat unik karena pada siang hari puncaknya merah membara seperti terbakar karena suhu disitu bisa mencapai 70 derajat Celcius.
Selain itu melihat perkampungan kuno yang berupa rumah2 tanah liat dan gua2 yang sudah terlihat sudah banyak yang hancur saking tuanya. Tempat yang disebut Jiaohe Ancient City ini dahulu adalah markas tentara perang di jaman Dinasti Han, sekaligus pusat politik Turfan masa dulu. Tempat ini juga panas sekali, sulit membayangkan kalau dijaman dahulu ada orang yang bisa tinggal disana.
Sayang sekali kami tidak berkesempatan mengunjungi satu lokasi lain yang letaknya 155 meter dibawah permukaan laut, disana juga kabarnya panasnya luar biasa.
Sebagian besar penduduk Turfan dari suku Uighur, beragama Islam, wajahnya mirip orang Turki/Iran dan penghasilannya dari berkebun anggur yang terlihat banyak disana. Kita boleh memasuki kebun anggur yang dibuatkan jalan setapak yang tampak rapih beratapkan buah anggur itu. Tapi kita tidak boleh memetiknya (dendanya 50 yuan), tempat ini disebut Grape Corridor. Didalam kebun ada tempat membeli anggur itu dengan harga 5 yuan per kilogramnya.
Shukung Pagoda : satu mesjid yang bagian dalamnya sederhana sekali, tapi pagodanya dibuat artistik sekali.
Udara memang panas sekali,dan kabarnya curah hujan hanya 16 ml/tahun, dan saya merasa aneh karena walaupun banyak pohon anggur tidak terlihat seekorpun burung; sewaktu ditanyakan kepada lokal guide diapun mengiyakan hal ini"
Sumber : http://smulya.multiply.com/
2 komentar:
ini dia kabar yg ditunggu2 ... :D
menarik sekali !
masih ada juga y sisa2 peradaban islam jaman dulu. Kok ga ada info thifannya ...
Mungkin dulu negeri thifan ga hanya kota turfan sekarang ya. Siapa tau negrinya dikalahkan dan daerahnya dipersempit. Kalo dalam hikayat zhodam negri thifan diserang oleh siapa ?
ini juga ada info ttg umat islam yg dilarang beribadah di bulan ramadhan di sana:
http://syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=441:pemerintah-china-tidak-toleransi-melarang-kaum-muslim-beribadah-di-bulan-ramadhan&catid=24:akhbar-dunia&Itemid=54
Post a Comment
Silahkan beri komentar, kritik dan saran yang 'membangun' untuk meramaikan blog ini
* Maaf, untuk kenyamanan bersama, kami tidak akan menampilkan komentar provokatif & kurang beretika.