Obrolan ringan untuk bersilaturrahim dan bertukar pendapat tentang Thifan Po Khan

Tuesday, October 7, 2008

Hikayat Pendekar Thifan Po Khan : Bahroiy bagian 2 (tamat)

Maka Tsuma pada saat itu tengah berbaring-baring, demi dilihatnya gadis terikat itu datang beringkan dua orang bentara itu, maka iapun bertanya : "Inikah gadis pembantah, tukang tenung itu?" maka dipegangnya pergelangan gadis itu, lalu Mahmay menjawab : "Tidak rela tubuhku dipegang laki-laki kafir semacam kamu!" maka Tsuma pun tertawa, lalu katanya : "Janganlah engkau marah sayang, engkau masih gadis, sayangilah tubuhmu yang halus itu, dan Ketahuilah aku akan menyayangimu sebelum kematianmu itu dan apapun yang engkau inginkan akan aku kabulkan kecuali dua ialah siksa dan kematian!" maka Mahmay dimasukkan ke dalam sebuah penjera tetapi di dalam penjera itu sangat mewah dan tersedia segala makanan yang lezat cita rasanya dan Tsuma selalu halus berbicara seumpama kepada anak kandung, maka di luar ia madu tetapi hatinya empedu.

Maka adalah tujuh hari tujuh malam Mahmay terpenjara itu, pada siang hari ia bebas hanya kakinya saja terikat rantai besi, maka pada malam hari ia dimasukkan dalam penjara, begitulah hukuman bagi seorang bangsawan menjelang hukuman mati bagi adat istiadat orang Kelin itu.

Maka pada hari ke delapan putuslah perintah Zisyuk untuk mulai siksa badan sampai mati, suratpun telah Tsuma terima dan diperlihatkannya kaan Mahmay, lalu Tsuma pun bertanya akan penasehat hukum seorang pendeta jahat penyembah berhala dan penenung pula, Uqatz namanya, katanya : "Wahai mamanda siksa dan kematian apakah yang patut akan gadis semacam Mahmay ini?" Maka Uqatz pun menjawab : "Irislah seluruh tubuhnya, mandikanlah dengan cuka atau bakarlah ia dengan pembakaran yang mengerikan!"

Maka Tsuma bertanya akan Mahmay itu : "Dengarkah engkau petua tuan pendeta itu?" maka Mahmay pun menjawab : "Pada sariat kini aku sudah tidak dapat berlepas diri dari siksaanmu itu, tetapi aku tidak takut sedikitpun karena siksaan Allah itu terlalu amat pedih, Biarlah aku menjadi kurban kejahilan tetapi semoga dosaku diampuniNya!"

Maka iapun tunduk menitikkan air mata lalu ia bertanya halus : "Bukankah sebelum aku mati, bila ada suatu pinta engkau kabulkan kecuali siksa dan kematian?" maka sahut Tsuma : "Apakah permintaanmu itu ?" "Berilah aku air untuk berwudlu!" maka diberikanlah air bersih dalam bejana, berwudlulah ia dan shalat.
Maka apakala tunailah shalat dua rakaat, Mahmay pun berkata : "Silakanlah tuan-tuan menyiksaku bila ini sudah ditakdirkan Tuhan bahwa aku harus mati dengan jalan ini !".

Lalu Mahmay dibawa Tsuma dan Uqatz dan sepuluh orang asykar Penjaga, rantai pengikat dibuka tetapi sudah tidak berdaya untuk menyanggah dan membantah, sampailah akan sebuah tanah lapang dekat sebuah rumah bentuknya mirip rumah berhala atau biara, maka kata Tsuma : "Siksaan itu hendak mulai kukenakan dan pakaianmu hendak kulucuti!" maka Mahmaypun menjawab : "Haramlah seorang laki-laki itu melihat aurat perempuan dan siksalah dan bunuhlah aku dengan berpakaian lengkap ini!" maka berteriaklah Zisyuk : "Bukalah! Lucuti, aku ingin menjadi saksi bagi kematianmu itu!" maka Tsuma pun berkata : "Hai Mahmay, janganlah engkau membantah juga!" maka ditariklah baju Mahmay itu sampai koyak-koyak, maka Mahmay pun menjerit sambil katanya : "Bila itu engkau kehendaki, aku lucuti pakaianku sendiri, tubuhku tiada mau kauraba ….. haraaaaam!" Maka Mahmay pun melucuti pakaiannya lalu ia duduk bersimpuh, rambutnya terurai sengaja penutup tubuh.

Maka Mahmay dipaksa untuk berdiri lalu diikatnya akan sebatang tonggak, mula-mula ia dicambuk seraya dimaki sampai tubuhnya lebam-lebam, lalu Tsuma mengambil sebatang pisau kecil tajam, maka sebahagian tubuh Mahmay pun diirisnya sehingga darahpun bercucuran, maka Mahmay pun memejamkan mata menahan kepedihan itu seraya bertahan nafas, tetapi irisan itu tiada lanjut, Tsuma berkata : "Hai Mahmay, apakah engkau hendak mencahari kematian dengan diiris dengan pisau ini lalu kumandikan dengan cuka atau engkau pilih kubakar hidup-hidup agar tubuhmu tidak bersisa?" Maka Mahmay pun tertunduk dan akhirnya ia menggangguk, maka kata Tsuma : "Kululuskan apa yang engkau pinta!".

Maka asykarpun mengumpulkan kayu bakar, apakala telah siaplah sudah, maka Mahmay pun dilepaskan lalu disuruhnya naik akan tumpukan kayu bakar itu, ia disuruh bersimpuh lalu kaki dan tangannya diikat. Maka kata Tsuma : "Pejamkanlah matamu!" lalu Tsuma suruh ambil akan lemak, maka tubuh Mahmay pun ditarak dengan lemak itu. Maka Tsuma pun turun lalu ia berkata pula : "Bukankah keturunan Buddha itu harus mati dibakar?" Mahmay diam seribu bahasa dan memejamkan mata.

Maka apapun mulai berkobar dan kayu bakar itu mulai dimakan api, tak lama kemudian apapun menjilati tubuh Mahmay, maka ia berteriak menjerit-jerit dan suaranya tak terdengar lagi ketika ia bermandi api. Maka Tsuma dan Uqatz pun ia segera mengumpulkan sisa-sisa abu dan tulang Mahmay itu, dan pada masa itu Zisyuk telah mati terbunuh atau bunuh diri, mungkin tergilalah ia melihat tubuh gadis itu dimakan api dan ditikamkannya keway Beracun akan hulu hatinya.
Maka Tsuma sambil memegang bungkusan tulang itu berteriak, katanya : "Rajamu yang selalu membawa pada kebinasaan itu telah mati ………" lalu ia melihat pasukan asing mulailah menyerang dan asykar seorang dua orang telah mati terpanah, maka Tsuma naik ke atas sebuah bukit dan berteriak pula : "Apakah kalian hendak takluk kepada kesultanan Gazni atau pada raja bangsa Katay?". Tak lama kemudian Tsuma terbunuh dan orang Islam yang sangat sedikit jumlahnya itu memilih kesultanan Gazni dengan tampik sorak.

Maka pendeta Uqatz pun bersembunyi dekat biara tempat pembakaran itu, tetapi seorang asykar asing segera datang menyeret dia dan membunuhnya segera.
Maka itulah hikayat Bahroiy dan Mahmay, maka Konon perihal diri Bahroiy sendiri terlalu gelap, sahibul hikayatpun menutup diri.

Maka konon karena tiadalah usai Bahroiy itu menyampaikan ilmu, maka aliran Bahroiy pun kurang sempurna dan tiadalah berapa berkembang.

Hikayat Bahroiy melukiskan suri sanya bila orang-orang Islam itu sedikit dan patuh akan keislamannya itu berdiam dalam sebuah kerajaan bangsa kafir yang ganas, maka umat Islam itu tertindas, tetapi bila orang kafir itu sedikit dan berdiam dalam sebuah kerajaan Islam, maka orang kafir itu dilindungi dan bebas berigama.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan beri komentar, kritik dan saran yang 'membangun' untuk meramaikan blog ini
* Maaf, untuk kenyamanan bersama, kami tidak akan menampilkan komentar provokatif & kurang beretika.